Minggu, 18 April 2010

Sinopsi Negeri 5 Menara (2) - Bab 13, 14, 15, & 16

· Rangkuman

· Sepuluh Pentung

Sudah beberapa hari ini aku merasa seperti ada batu yang menekan di dadaku. Awalnya aku tidak tahu apa penyebabnya. Tapi tekanan di dada ini semakin terasa setiap aku melihat sampul surat Randai di atas lemariku.

Melihat aku banyak diam, Said dan Raja mencoba melucu dengan bahasa arab mereka yang patah patah. Sementara Dulmajid mengeluarkan simpanan cerita. Baso yang biasanya selalu sok serius kali ini mencoba melantunkan beberapa syair arab. Tapi, bagiku mereka seperti sedang mengigau.

Pikiranku tidak fokus kepada apa yang ku hadapi di PM. Padahal minggu ini aku punya banyak tugas : menulis teks pidato bahasa arab, menghapal beberapa judul mahfuzat, dan kehabisan baju bersih sehingga perlu mencuci.

Yang agak menghibur adalah kelas tambahan malam. Kelas malam biasanya digunakan untuk mengulang pelajaran tadi pagi dan mempersiapkan untuk besok.

Ustad Salman masuk kelas malam dengan membawa setumpuk buku tebal. Kami bersorak gembira. Baso yang aku lihat tidak begitu antusias karena sedang asyik Durusul Lughoh nya. Bagi kebanyakan kami, setiap tawaran untuk tidak membaca buku pelajaran selalu menyenangkan. Hasilnya malam ini kami kehilangan kantuk dan hanyut dengan semangat yang meletup letup.

Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif supaya kami bersemangat. Dia membawa kami ke ranah berpikiran masa depan. Kami sekelas dibakar oleh semangat hidup yang menggelegak. Yang paling ekspresif adalah Raja. Ia tampak mengayun ayunkan tinjunya di udara smabil berteriak “Allahu Akbar!” . Atang berkali kali bongkar pasang kacamata dari hidungnya, itu tandanya dia sedang excited. Said yang tadi heboh, sekarang duduk tegak lurus di bangkunya. Baso berkali kali menggeleng gelengkan kepala.

Malam ini adalah salah satu dari malam inspiratif yang digubah Ustad Salman. Apapun yang terjadi, jangankan sebuah surat dari Randai, serbuan dari Tyson, tidak akan aku izinkan menggoyahkan tekad dan cita citaku. Aku tulis tanda pentung sepuluh kali untuk menegaskan tekad ini, dan aku tulis Amin sebagai doa untuk memulai tekad ini.

· Maa Haaza

Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari, enam kali dalam seminggu adalah bahasa arab. Pelajaran pertama dimulai dengan kalimat sangat sederhana. Kami koor mengikuti kalimat tersebut walaupun belum yakin benar artinya. Setelah yakin semua orang terlibat, Ustad Salman menuliskan kalimat ini di papan tulis.

Secara acak dia mengulangi pertanyaan ke beberapa murid. Pengulangan dan teriakkan tadi adalah metode ampuh untuk menginternalisasi bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa yang bertahan lama. Mereka menyebut “direct method”.

Guru kami adalah Ustad Surur. Dia menyampaikan lembar lembar sejarah dengan gambar dan cerita yang membuat kami tidak berkedip. Dia bercerita tentang negeri negeri yang jauh dan ia juga menceritakan tentang daerah yang dekat.

Mata pelajaran Al-Quran dan Hadist juga dibawakan dengan amat menarik oleh Ustad Faris yang berasal dari Kalimantan. Kami belajar dari Ustad Faris bagaimana menyerap saripati ilmu, pengetahuan, kearifan, dan makna dari kalam Ilahi dan sabda Nabi. Hadist adalah rekaman perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad yang dilaporkan oleh umat Islam.

Aku sendiri sangat suka pelajaran kaligrafi arab. Kaligrafi tidak hanya bagaimana menulis abjad Arab dengan benar, tapi juga bagaimana menorehkannya dengan sabar, indah, dan konsisten. Hanya huruf alif dibuat dengan penghayatan.

Dari semua pelajaran, Bahasa Inggris adalah favoritku. Kelas pertama dimulai dengan monolog nonstop selama 5 menit dalam bahasa Inggris. Buku pelajaran kami adalah sebuah buku bacaan yang menggambarkan kehidupan sehari hari di Inggris. Ceritanya tentang seorang yang berjalan jalan di Kota London yang klasik, mengagumi Big Ben, melintasi lapangan Trafalgar Square, dan lainnya. Raja sangat terinspirasi pelajaran ini. Baso terus memperlihatkan kehebatannya di semua pelajaran, kecuali Reading.

Baso membaca bahasa Inggris seperti membaca Al Quran. Selain kelas dari pagi sampai siang 6 hari seminggu, kami mengikuti kelas tambahan pada sore hari, khususnya untuk bahasa Arab dan Inggris. Dari semua hari, hari yang paling mulia bagi kami adalah hari Jumat.

· Thank God It’s Friday

Jumat adalah hari libur mingguan kami di PM. Minggu dan Sabtu kami masuk kelas seperti biasa. Di hari Jumat kami boleh minta izin keluar dari kompleks untuk pelesir ke Ponorogo, Madiun dan tempat lain, asal bisa kembali lagi hari itu juga.

Hari Jumat ini, Said mengajak kami ke Sahibul Menara ke Ponorogo, Madiun dan tempat lain, asal bisa kembali lagi hari itu juga. Untuk refreshing. Aku bersama kawan kawan menuju KP untuk minta izin keluar. Tiba tiba Atang yang berjalan paling depan berhenti. Dia melirik ke meja perizinan di depan kantor pengasuhan. Ternyata guru yang sedang piket saat itu adalah Ustad Torik.

Dialah orang yang paling tidak kami harapkan duduk di meja perizinan hari ini. Menurut rumor di kalangan murid lama, dia merekam semuanya yang dilihatnya seperti memotret. Dengan penuh kemenangan, kami keluar dari gerbang PM. Rasanya udara pagi lebih segar daripada biasa. Kami menyewa sepeda ontel dari rumah penduduk sampai Ponorogo yang berjarak sekitar 20 kilometer.

Tidak terasa kebebasan itu cepat berlalu. Sudah jam 4 sore dan kami punya waktu 1 jam lagi untuk kembali ke meja Ustad Torik. Kami sampai di meja Ustad Torik pada pukul 5:05. Terlambat 5 menit. Kami berdiri kaku, kedinginan, dan cemas di depan Ustad Torik. Ia mengelilingi kami seperti singa lapar.

Lamat lamat, lonceng berdentang di luar. Waktunya ke masjid. Dia pasti segera mengambil keputusan. Ia memaafkan kami. Kami telat karena adanya hujan. Mungkin mood-nya sedang baik. Alhamdulillah.

Keajaiban Itu Datang Pagi Pagi

Tantangan terbesar buat para murid PM tahun pertama adalah bagaimana caranya mengubah diri agar bisa menguasai bahasa resmi di PM, Arab dan Inggris, secepatnya. Mampu memakainya sebagai bahasa pergaulan 24 jam, tanpa ada bahasa Indonesia sedikit pun.

Setiap selesai sholat Subuh, seorang kakak penggerak bahasa masuk ke setiap kamar dan berdiri di depan, tepat di sebelah imam shalat kami tadi. Dia akan meneriakkan sebuah kata baru beberapa kali dengan lantang dan jelas. Kami diminta mengulangi bersama sama, dan satu persatu, juga dengan lantang.

Ini benar benar proses belajar yang menggunakan semua indera. Meneriakkan kosa kata baru di subuh buta, memaksakan diri untuk memahami dan memasukkan ke kalimat, lalu melihat tulisannya dan terakhir mengikat ilmu baru ini ke dalam memory terdalam kami menuliskannya. Kami melakukan ini setiap hari, 7 kali seminggu. Dengan cara ini kami bisa berbicara Arab dan Inggris sepotong sepotong.

Ajaib. Dalam posisi setengah sadar, aku bisa menggunakan kalimat lengkap berbahasa Arab. Sejak hari itu, aku merasa semakin fasih mengungkapkan diri dengan Arab, tidak lagi bercampur campur bahasa Indonesia. Tidak sia sia aku memaksakan diri dan berpura pura bisa berbahasa Arab. Rasanya luar biasa. Mungkin ini salah satu keajaiban yang paling penting di dalam hidupku selama di PM.



Sinopsis Negeri 5 Menara (Bab 13 - 16)

· Rangkuman

· Sepuluh Pentung

Sudah beberapa hari ini aku merasa seperti ada batu yang menekan di dadaku. Awalnya aku tidak tahu apa penyebabnya. Tapi tekanan di dada ini semakin terasa setiap aku melihat sampul surat Randai di atas lemariku.

Melihat aku banyak diam, Said dan Raja mencoba melucu dengan bahasa arab mereka yang patah patah. Sementara Dulmajid mengeluarkan simpanan cerita. Baso yang biasanya selalu sok serius kali ini mencoba melantunkan beberapa syair arab. Tapi, bagiku mereka seperti sedang mengigau.

Pikiranku tidak fokus kepada apa yang ku hadapi di PM. Padahal minggu ini aku punya banyak tugas : menulis teks pidato bahasa arab, menghapal beberapa judul mahfuzat, dan kehabisan baju bersih sehingga perlu mencuci.

Yang agak menghibur adalah kelas tambahan malam. Kelas malam biasanya digunakan untuk mengulang pelajaran tadi pagi dan mempersiapkan untuk besok.

Ustad Salman masuk kelas malam dengan membawa setumpuk buku tebal. Kami bersorak gembira. Baso yang aku lihat tidak begitu antusias karena sedang asyik Durusul Lughoh nya. Bagi kebanyakan kami, setiap tawaran untuk tidak membaca buku pelajaran selalu menyenangkan. Hasilnya malam ini kami kehilangan kantuk dan hanyut dengan semangat yang meletup letup.

Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif supaya kami bersemangat. Dia membawa kami ke ranah berpikiran masa depan. Kami sekelas dibakar oleh semangat hidup yang menggelegak. Yang paling ekspresif adalah Raja. Ia tampak mengayun ayunkan tinjunya di udara smabil berteriak “Allahu Akbar!” . Atang berkali kali bongkar pasang kacamata dari hidungnya, itu tandanya dia sedang excited. Said yang tadi heboh, sekarang duduk tegak lurus di bangkunya. Baso berkali kali menggeleng gelengkan kepala.

Malam ini adalah salah satu dari malam inspiratif yang digubah Ustad Salman. Apapun yang terjadi, jangankan sebuah surat dari Randai, serbuan dari Tyson, tidak akan aku izinkan menggoyahkan tekad dan cita citaku. Aku tulis tanda pentung sepuluh kali untuk menegaskan tekad ini, dan aku tulis Amin sebagai doa untuk memulai tekad ini.

· Maa Haaza

Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari, enam kali dalam seminggu adalah bahasa arab. Pelajaran pertama dimulai dengan kalimat sangat sederhana. Kami koor mengikuti kalimat tersebut walaupun belum yakin benar artinya. Setelah yakin semua orang terlibat, Ustad Salman menuliskan kalimat ini di papan tulis.

Secara acak dia mengulangi pertanyaan ke beberapa murid. Pengulangan dan teriakkan tadi adalah metode ampuh untuk menginternalisasi bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa yang bertahan lama. Mereka menyebut “direct method”.

Guru kami adalah Ustad Surur. Dia menyampaikan lembar lembar sejarah dengan gambar dan cerita yang membuat kami tidak berkedip. Dia bercerita tentang negeri negeri yang jauh dan ia juga menceritakan tentang daerah yang dekat.

Mata pelajaran Al-Quran dan Hadist juga dibawakan dengan amat menarik oleh Ustad Faris yang berasal dari Kalimantan. Kami belajar dari Ustad Faris bagaimana menyerap saripati ilmu, pengetahuan, kearifan, dan makna dari kalam Ilahi dan sabda Nabi. Hadist adalah rekaman perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad yang dilaporkan oleh umat Islam.

Aku sendiri sangat suka pelajaran kaligrafi arab. Kaligrafi tidak hanya bagaimana menulis abjad Arab dengan benar, tapi juga bagaimana menorehkannya dengan sabar, indah, dan konsisten. Hanya huruf alif dibuat dengan penghayatan.

Dari semua pelajaran, Bahasa Inggris adalah favoritku. Kelas pertama dimulai dengan monolog nonstop selama 5 menit dalam bahasa Inggris. Buku pelajaran kami adalah sebuah buku bacaan yang menggambarkan kehidupan sehari hari di Inggris. Ceritanya tentang seorang yang berjalan jalan di Kota London yang klasik, mengagumi Big Ben, melintasi lapangan Trafalgar Square, dan lainnya. Raja sangat terinspirasi pelajaran ini. Baso terus memperlihatkan kehebatannya di semua pelajaran, kecuali Reading.

Baso membaca bahasa Inggris seperti membaca Al Quran. Selain kelas dari pagi sampai siang 6 hari seminggu, kami mengikuti kelas tambahan pada sore hari, khususnya untuk bahasa Arab dan Inggris. Dari semua hari, hari yang paling mulia bagi kami adalah hari Jumat.

· Thank God It’s Friday

Jumat adalah hari libur mingguan kami di PM. Minggu dan Sabtu kami masuk kelas seperti biasa. Di hari Jumat kami boleh minta izin keluar dari kompleks untuk pelesir ke Ponorogo, Madiun dan tempat lain, asal bisa kembali lagi hari itu juga.

Hari Jumat ini, Said mengajak kami ke Sahibul Menara ke Ponorogo, Madiun dan tempat lain, asal bisa kembali lagi hari itu juga. Untuk refreshing. Aku bersama kawan kawan menuju KP untuk minta izin keluar. Tiba tiba Atang yang berjalan paling depan berhenti. Dia melirik ke meja perizinan di depan kantor pengasuhan. Ternyata guru yang sedang piket saat itu adalah Ustad Torik.

Dialah orang yang paling tidak kami harapkan duduk di meja perizinan hari ini. Menurut rumor di kalangan murid lama, dia merekam semuanya yang dilihatnya seperti memotret. Dengan penuh kemenangan, kami keluar dari gerbang PM. Rasanya udara pagi lebih segar daripada biasa. Kami menyewa sepeda ontel dari rumah penduduk sampai Ponorogo yang berjarak sekitar 20 kilometer.

Tidak terasa kebebasan itu cepat berlalu. Sudah jam 4 sore dan kami punya waktu 1 jam lagi untuk kembali ke meja Ustad Torik. Kami sampai di meja Ustad Torik pada pukul 5:05. Terlambat 5 menit. Kami berdiri kaku, kedinginan, dan cemas di depan Ustad Torik. Ia mengelilingi kami seperti singa lapar.

Lamat lamat, lonceng berdentang di luar. Waktunya ke masjid. Dia pasti segera mengambil keputusan. Ia memaafkan kami. Kami telat karena adanya hujan. Mungkin mood-nya sedang baik. Alhamdulillah.

Minggu, 11 April 2010

Doba Split

- Doba Split -

Pada hari Senin tanggal 15 Maret 2010, kami belajar di rumah kak Riza. Pagi harinya, kita belajar bahasa inggris bersama Mrs.Tish terlebih dahulu sampai istirahat. Pada jam kedua, kak Syammi menjelaskan apa yang akan dilakukan pada minggu sosial kali ini. Minggu sosial kali ini, kelas kami memasak.

Tapi, berbahan dasar pisang. Dan setiap kelompok, harus memiliki variasi makanan yang berbeda. Ternyata, kami diberikan kebebasan untuk memilih kelompok sendiri. Aku memilih berkelompok dengan Dwi dan Sumayyah.

Setelah bagi kelompok, kami langsung perkelompok. Lalu, aku, Sumayyah, dan Dwi berkumpul untuk merencanakan masak apa, dan mendiskusikan alat dan bahan yang akan dibeli. Akhirnya, kami berkeputusan untuk membuat seperti banana split.

Karena hari Selasa tanggal 16 Maret 2010 libur, maka kita akan mencari bahan bahan tersebut bersama sama. Pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010, aku ke rumah Dwi untuk berangkat bersama ke rumah Sumayyah. Aku bilang ke Dwi, bahwa menu makanan yang akan dibuat sebaiknya diubah menjadi donat pisang.

Tapi, tidak jadi membuat banana splitnya. Fitri juga ikut kami pergi mencari alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah itu, kami langsung ke rumah Sumayyah. Kami cukup lama menunggu Sumayyah. Sambil menunggu, kami main dengan adiknya Sumayyah yang bernama Aisyah. Setelah lama menunggu Sumayyah, akhirnya kami berangkat.

Kami naik ojek dari rumahnya Sumayyah dan turun di perempatan Kelapa Dua. Sesampainya kami di perempatan, kami langsung naik angkutan umum sampai Pasar Pal. Sesampainya di Pasar Pal, kami membeli mentega, spicles, pisang, dan sarung tangan plastik. Setelah mencari bahan bahan tersebut, kami langsung pergi ke Giant Cimanggis untuk membeli selai blueberry, ice cream, piring, dan astor.

Setelah itu, kami kembali ke rumah Dwi untuk mencoba membuat donat pisang tersebut. Tetapi, Sumayyah tidak dapat ikut membuat donat pisang. Karena dia ingin pergi. Sesampainya kami di rumah Dwi, kami langsung menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat donat pisang.

Kami menyiapkan alat alat yang lumayan banyak seperti : Kompor, sodet, teflon, blender, sumpit, sendok, baskom, piring, pisang, gelas, dan mangkuk. Dan bahan bahan yang kami butuhkan untuk membuat donat pisang adalah : Pisang uli, selai blueberry, ice cream, astor, susu coklat kental manis, ragi fermentasi, minyak goreng, air, mentega, gula putih, garam, telur 2 butir,

Setelah semua bahan siap, kami membuat donat pisang tersebut dengan cara sebagai berikut : Masukkan terigu sebanyak ¼ kg, campurkan dengan ragi sebanyak 1 sdm, masukkan 1 butir telur, lalu aduk sampai merata. Masukkan ± ½ gelas air, kemudian aduk sampai merata, dan campurkan dengan ± 5 sendok pisang yang sudah di hancurkan, aduk sampai merata, dan yang terakhir masukkan ± 2 sendok mentega, setelah semua bahan sudah dimasukkan dan sudah di aduk sampai merata dan kalis, diamkan selama ± 15 menit.

Panaskan minyak goreng, sambil menunggu minyak tersebut panas, cetak adonan donat tersebut hingga benar-benar terbentuk donat, ketika minyak sudah panas masukkan donat tersebut kedalam teflon, bolak-balik agar tidak gosong.

Setelah kami selesai membuat donat pisang, karena donat pisangnya banyak, maka kami membagi kan donat tersebut untuk keluarganya Dwi, Fitri, dan aku. Karena Anis dan Tasya baru saja datang ke rumah Dwi, maka kami membagi kan donat tersebut kepada mereka juga. Akhirnya kami memakan donat tersebut bersama sama.

Aku dan Dwi mencoba memakan donat tersebut memakai ice cream dan selai blueberry. Ternyata enak. Hanya saja rasa pisangnya kurang terasa. Setelah selesai makan donat, kami makan siang. Setelah itu, aku, Anis, Tasya, dan Dwi main ke rumah Fitri.

Keesokan harinya, yaitu hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 adalah hari kita melakukan kegiatan yang sudah direncanakan pada hari Senin dan Selasa. Kelompokku telah menyiapkan alat dan bahan dengan lengkap sesuai dengan perencanaan hari kemarin. Setelah belajar mengaji, kami langsung ke Tanah Belakang untuk melakukan action di sana.

Aku membawa kompor portable, gas kecil, dan bahan bahan yang telah dibeli pada hari Selasa. Sesampainya kami di Tanah Belakang, kami langsung menaruh tas di tempat kami belajar. Lalu, kelompokku membawa barang barang ke areal masak.

Kelompokku dan kelompoknya Tasya 1 areal. Yaitu di depan kamar mandi perempuan di Tanah Belakang. Tidak berapa lama kemudian setelah kami menaruh barang barang tersebut, kami memulai masak.

Akhirnya kami pun memulai masak. Kami membuat donat pisang sesuai urutan cara membuat dan bahan bahan yang digunakan juga sesuai dengan ukurannya. Tetapi, sebelum kami memasak, kami harus mengukur berapa ukuran bahan yang akan digunakan sebagai bahan adonan donat pisang.

Terigu yang kami gunakan sebanyak ¼ kg. Karena kami menyiapkannya dengan ukuran ½ kg, tapi Dwi sudah memisahkan ¼ kg untuk donat pisang. Sedang kan sisanya digunakan jika ada keperluan mendesak. Kami hanya membutuhkan 1 butir telur untuk membuat donat.

Ragi fermentasi yang kita butuhkan sebanyak 2 sendok makan. Sedangkan air yang kita butuh kan untuk membuat donat pisang tersebut sebanyak setengah dari gelas ukuran sedang tersebut. Gula putih yang kami butuhkan sebanyak 2 sendok makan agar manisnya terasa.

Dan garam yang kita butuhkan untuk dicampurkan ke adonan donat adalah 1,5 sendok makan. Pisang yang kami blender untuk bahan campuran adonan donat adalah 5 pisang. Sebenarnya kami ragu, jika hanya 5 pisang kurang terasa. Tapi, kami fikir cukup terasa pisangnya karena 5 pisang itu sudah termasuk lumayan banyak.

Setelah kami menentukan ukuran tiap bahan bahan yang digunakan untuk membuat adonan donat pisang, kami pun memulai membuat adonan donat pisang tersebut. Pertama yang kita lakukan, mencampurkan bahan bahan yang sudah ditentukan ukurannya ke baskom. Setelah itu, kami mengaduk hingga adonan tersebut lengket.

Setelah adonan tersebut sudah mulai lengket, kita diamkan selama 15 - 20 menit hingga mengembang sambil ditutupi dengan plastik putih di atas baskom supaya cepat mengembang. Setelah adonan donat pisang tersebut mengembang, kami pun mulai membentuk adonan yang sudah mengembang tersebut menjadi donat yang ada bolong di tengah tengahnya.

Setelah kami membentuk adonan tersebut menjadi donat, kami pun mulai menggoreng donat tersebut. Supaya donat pisang yang kami buat tidak gosong, cara kami supaya tidak gosong adalah dibolak balik terus hingga matang. Kami lumayan banyak memasak donat pisang tersebut.

Setelah semua donat yang kami buat sudah matang, kami pun menaruh semua donat tersebut di piring terlebih dahulu. Akhirnya kita mulai menyusun dan menyiapkan garnish yang kami butuhkan untuk menghias donat pisang tersebut. Kami menyusun donat pisang tersebut di 1 piring yang berukuran medium dengan bentuk segitiga.

Karena juri yang akan mencicipi makanan kami ada 3 orang. Yaitu ka Novi, ka Wiko, dan ka Dirga. Setelah kami menyusun donat pisang tersebut menjadi bentuk segitiga, kami pun memberikan garnish yang telah kami siapkan. Garnish yang kita pakai untuk donat pisang kami adalah selai blueberry, spicles, coklat cair, susu kental manis, dan ice cream.

Setelah kami selesai menghias donat pisang tersebut, ka Dirga mencicipi donat pisang buatan aku, Dwi dan Sumayyah. Sebelum ka Dirga mencicipi donat pisang buatan kami, ka Dirga menanyai bahan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat donat pisang tersebut, cara membuatnya, dan garnish yang kita pakai untuk hiasan makanan kami.

Setelah ka Dirga, datanglah mentor level 9 TechnoNatura yang bernama ka Wiko. Dia adalah juri kedua yang mencicipi donat pisang buatan kami. Sebelumnya, dia bertanya terlebih dahulu kepada kami. Bahan bahan apa saja yang kami gunakan untuk membuat donat pisang ini, cara membuat, dan inovasi dari makanan kami.

Juri terakhir, yaitu mentor dari level 5 TechnoNatura yang bernama ka Novi mencicipi makanan kami. Pertama, sebelum dia mencicipi donat pisang buatan kami, dia bertanya kepada kami ; bagaimana cara membuat donat pisang ini, apa saja bahan yang digunakan untuk membuat donat pisang ini, inovasi dari makanan kami, dan cara agar donat yang kami buat tidak gosong saat digorang.

Kami pun menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Setelah action kami selesai, aku, Dwi, dan Sumayyah memberes kan barang barang yang bekas kami pakai untuk action dan membersihkan areal masak. Karena di areal masak yang kami gunakan itu sangat kotor karena sampah sampah yang bertebaran.

Akhirnya, kami semua bergotong royong membersihkan areal tersebut. Setelah kami membereskan areal masak yang kami pakai saat itu, kami pun makan siang dan setelah itu sholat dzuhur.

Waktu istirahat pun selesai. Itu tandanya kami harus kembali belajar di kelas masing masing. Pada jam kedua, kami menyapu areal yang kita pakai untuk masak. Karena belum keseluruhan bersih. Akhirnya, menyapu areal masak masak kami pun selesai.

Setelah menyapu, kami pun berkumpul kembali ke kelas. Kami pun merencanakan apa yang akan kami bawa untuk membuat poster di keesokan harinya. Setelah itu, kami pun pulang ke rumah masing masing.

Keesokan harinya, yaitu hari Kamis tanggal 18 Maret 2010, adalah hari untuk membuat laporan. Minggu ini, kami membuat poster. Poster tersebut harus dibuat sekreatif mungkin. Ide kami agar poster kami kreatif dan banyak hiasan, yaitu memberikan gambar pisang, donat, coklat dan ice cream. Selain gambar, ide kami adalah menggunakan gliter sebagai hiasan untuk judulnya.

Kami memakai karton hitam untuk poster kelompokku. Karena Sumayyah bilang dia tidak bawa karton, maka pada pagi harinya sebelum masuk sekolah, aku membeli karton tersebut. Jam pertama adalah jam mengaji. Setelah kami selesai belajar mengaji pada jam pertama, kelompok aku dan kelompoknya Tasya, berniat patungan ( mengumpulkan uang dari masing masing anggota kelompok ) untuk membeli hiasan.

Hiasan yang akan kami beli adalah glitter warna silver, putih, dan gold. Lalu, kami juga butuh alat alat seperti; gunting, double tape, dan lem. Akhirnya kita mengumpulkan uang dari masing masing anggota kelompok ( patungan ) sebanyak Rp. 2.500,- /orang. Setelah kami mengumpulkan uang dari masing masing anggota kelompok ( patungan ), kami ke Tanah Belakang terlebih dahulu untuk menaruh barang barang.

Dan kami pun meminta izin ke kak Syammi untuk membeli hiasan dan alat alat yang dibutuhkan untuk membuat poster kami. Akhirnya yang pergi membeli hiasan dan alat alat yang kami butuh kan adalah Sumayyah dan Tasya.

Sambil menunggu Tasya dan Sumayyah datang, aku dan Dwi mencari gambar gambar pisang, ice cream, coklat, dan donat di internet. Biar cepat, kami mengetik alat dan bahan yang kami perlukan untuk membuat donat pisang tersebut.

Kami mengetik proses pembuatan donat pisang buatan kami, apa itu inovasi, kreasi dari makanan kami, dan kelebihan makanan buatan kami. Saat aku dan Dwi sedang mengetik cara membuatnya, Sumayyah dan Tasya pun datang.

Begitu mereka datang, mereka bilang bahwa glitter warna goldnya tidak ada. Maka mereka membeli 2 glitter warna silver dan 1 glitter warna putih. Sisa uang patungan kita adalah Rp. 5.000,-. Akhirnya, uang Rp. 5.000,- tersebut kami simpan karena kita fikir kita masih membutuhkan sesuatu untuk membuat poster.

Akhirnya uang sisa tersebut disimpan oleh Sumayyah. Setelah itu, aku dan Sumayyah menghias karton. Sedangkan Dwi melanjutkan mengetik di laptop. Aku dan Sumayyah menulis judul untuk poster kami. Aku menulis judul dengan pensil terlebih dahulu. Setelah itu, Sumayyah menebalkan dengan tinta timbul.

Tinta timbul yang kita gunakan adalah warna biru muda, ungu muda, dan putih. Setelah Sumayyah menebalkan tulisan tersebut dengan tinta timbul, kami pun mempunyai ide yaitu menaburi glitter di judul poster kami setelah judul poster kami ditulis dengan tinta timbul.

Tapi, menaburi glitternya harus saat tinta timbul tersebut belum kering supaya glitter tersebut menempel terus. Glitter yang kita gunakan adalah warna putih dan silver. Setelah menaburi glitter, Sumayyah menghias kembali. Lalu, aku pun bergantian dengan Dwi. Karena Dwi sudah mengetik banyak, maka saatnya giliranku untuk mengetik.

Akhirnya Dwi membantu Sumayyah menghias poster kami. Akhirnya waktu istirahat pun tiba. Saatnya kami makan siang. Kami agak menunda nunda jam makan siang ( hanya kelompokku dan kelompok Tasya ). Karena kami masih semangat dalam membuat poster. Karena kami sudah keburu lapar, kami pun makan siang terlebih dahulu.

Setelah makan siang, kami pun main laptop sambil mendengarkan lagu. Tetapi, Tasya dan Dwi pergi ke Perempatan untuk ngeprint data data untuk ditempel di poster. Tiba tiba Fitri datang. Ia ke Tanah Belakang karena dia merasa bosan. Sedang kan Shasa tidak masuk.

Maka itu, dia ke Tanah Belakang ( ke tempat kami belajar ) karena dia tau kalau kelas ku ada di Tanah Belakang. Setelah itu, kami pun sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur, kami pun kembali menghias poster kami tersebut. Tak berapa lama kemudian setelah kami selesai sholat dzuhur, kami pun kembali membuat poster. Kami tidak melanjutkan di poster.

Tetapi melanjutkan mengetik di laptop. Supaya, sesampainya aku di rumah aku hanya tinggal mengeprint data tersebut dan ku tempel di poster kelompokku. Setelah kami mengetik data, kami pun membereskan barang barang yang bekas kami pakai. Dan kami membereskan sampah sampah yang bekas kami juga.

Setelah semua selesai, giliran membereskan barang barang pribadi. Akhirnya semuanya beres. Setelah itu, kami pun pulang ke rumah masing masing. Sesampainya aku di rumah, aku mandi dan sholat ashar terlebih dahulu. Sehabis itu, aku langsung mengeprint dan langsung saja ku tempelkan di karton.

Aku tidak hanya menempelkan data data, tetapi gambar gambarnya juga ku telfon. Setelah itu, aku mencari cari hiasan yang ada di rumahku. Akhirnya aku menemukannya, yaitu tinta timbul juga. Akhirnya ku beri tulisan ‘By : Zalfa, Sumayyah, dan Dwi’. Dan tugasku akhirnya selesai juga.

Menurutku, minggu ini adalah minggu yang paling menyenangkan. Karena minggu ini minggu kreatif. Kami diberikan kebebasan untuk memilih anggota kelompok sesuai kemauan kita sendiri. Kita juga masak masak. Dan itulah hal yang membuatku sangat senang. Aku berharap ada minggu minggu seperti ini lagi. Bagiku, minggu yang paling menyenangkan adalah minggu social kreatif ini. Kami memasak, menentukan kelompok sendiri, walaupun bahan utamanya ditentukan.